Nama :
Puji Lestari
Kelas : 2EA17
NPM :
19210521
Teori Kepemimpinan (situasional)
1.
Model Kontingensi
2.
Model Vroom & Yetto
3.
Model Path Goal
Ø
Model Kontingensi :
Teori atau model kontingensi
(Friedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan
kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler
melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin
yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan
berpengaruh terhadap pemimpin.
Ø
Model Vroom & Yetto :
Model kepemimpinan ini, yang
dikembangkan oleh Victor Vroom dan Philip Yetton menghubungkan perilaku
kepempinan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.Karena struktur tugas
itu memiliki berbagai tuntutan untuk aktifitas-aktifitas rutin dan bukan rutin,
perilaku seorang pemimpin seharusnya bisa disesuaikan dengan atau mereflesikan
struktur tugas tersebut.Model yang sebaiknya diikuti untuk menetapkan bentuk
dan banyaknya partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan seperti
yang dituntut oleh berbagai situasi yang berbeda.Model ini sebenarnya merupakan
pilihan keputusan yang kompleks yang meliputi tujuh kemungkinan atau yang
terbaru adalah 12 kemungkinan situasi dipilih yang paling relevan dengan membuat
pilihan jawaban ta atau tidak dan 5 gaya kepemimipinan alternatif.
Model ini juga mengasumsikan bahwa salah satu dari gaya kepemimpinan dibawah ini palin sesuai dengan situasi yang dihadapi:
Model ini juga mengasumsikan bahwa salah satu dari gaya kepemimpinan dibawah ini palin sesuai dengan situasi yang dihadapi:
- Otokratik I (AI) :
Mengatasi problem atau mengambil keputusan sendiri menggunakan informasi
yang tersedia pada saat ini.
- Otokratik II (AII) :
Mmemperoleh informasi yang diperlukan dari para bawahan dan kemudian
menetapkan pemecahan maslah sendiri.
- Konsultatif I (KI) :
Mendiskusikan masalah dengan para bawahan yang terkait secara individua
lmemperoleh ide dan saran-saran dari mereka, tanpa membawa mereka dalam
satu kelompok.
- Konsultatif II (KII) :
Mendiskusikan masalah dengan para bawahan sebagai kelompok, memperoleh ide
dan saran secara kolektif.
- Group II (GII) :
Mendiskusikan masalah dengan para bawahan sebagain kelompok
Model kepemompinan ini dapat
dibuatkan diagram dimana perilaku kepemimpinan tertentu disesuaikan dengan
situasi tertentu pula.model ini juga mendukung pendapat bahwa perilaku pemimpin
itu fleksibel, diman seorang pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinanya
pada situasi-situasi yang berbeda dengan memberikan jawaban dari
variabel-variabel situasional diatas, dapat dipih salah satu perilaku
kepemimpinan dalam pengambilan keputusan (AI, AII, KI, KII, atau GII). yang
paling mendekati situasi yang dihadapi.
Ø
Model Path Goal
Suatu pendekatan
tentang kepemimpinan yang memperoleh penghargaan adalah teori jalan mencapai
tujuan ( Path-Goal Theory ) dikembangkan oleh House (1971) teori ini
merupakan sebuah model kepemimpinan yang bersifat kontingensi.penekanan teori
ini adalah bahwa menjadi pekerjaan pemimpin untuk membantu para
pengikut/bawahanya untuk mencapai tujuan mereka dan memberikan arahan dan
dorongan yang diperlukan untuk meyakinkan tujuan mereka tidak bertentangan
dengan objektif kelompok atau organisasinya.
Menurut teori ini, perilaku seorang
pemimpin bisa diterima oleh bawahan sejauh perilaku tersebut dipandang oleh
mereka sebagai sumber kepuasan segera atau sebagi cara untuk mencapai kepuasan
dimasa depan. jadi perilaku seorang pemimpin itu bersifat motivasional sejauh
perilku tersebut memenuhi kriteria berikut:
a. Dapat memberikan kepuasan kepada
bawahan terhadap kebutuhan-kebutuhanya seirama dengan kinerjanya yang efektif dan,
b.Dapat memberikan pelatihan,
bimbingan, dorongan, dan penghargaan yang diperlukan untuk kinerja yang
efektif.
Teori ini juga mengajukan dua kelas
variabel situasional atau kontingensi yang dapat mempengaruhi hubungan antara
perilaku kepemimpinan dan kepemimpinanya yaitu faktor yang kontingensi
lingkungan dan kontingensi bawahan.teori ini mengusulkan bahwa perilaku seorang
pemimpin dapat menjadi inefektif jika bersifat berlebihan terhadap
sumber-sumber struktur lingkungan atau tidak sejalan denag karakteristik
pribadi bawahan.
Dibawah ini diberikan bebrapa contoh
hipotesis yang berhubungan dengan teori jalan mencapai tujuan:
1. Makin jelas hubungan kewenangan
formal atau makin birokratis, para pemimpin makin dianjurkan untuk
memperlihatkan perilaku suportif dan tidak menekanakan pada perilaku direktif.
2. Para bawahan yang pusat kontrol
pribadinya bersifat eksternal akan lebih merasa puas dengan gaya kepemimpinan
direktif.
3. Kepemimpinan direktif bisa menuju
pada kepuasan yang lebih besar jika tugas-tugas yang dihadapu bawahan itu lebih
membingungkan atau banyak stress daripada kalau tugas-tugas tersebut sudah
terstruktur atau sudah jelas.
Salah satu contoh teori path goal adalah pemimpin
dalam suatu regu untuk mendaki gunung,. Pemimpin yang efektif yaitu di mana
pemimpin memberikan arahan serta motivasi agar bawahannya atau anggotanya dapat
mencapai ke puncak gunung. Pemimpin biasa memberikan reward ke pada
anggotanya agar dapat mencapai tujuan bersama.
Contoh masalah Sony :
Sony Bangkrut? Pecat 10.000 Karyawannya…
Pecat 10.000 karyawannya…itulah
rencana yang baru saja kita dengar, Sony berencana merumahkan 10.000
karyawannya, akibat kerugian yang dideritanya. Gak tanggung-tanggung jumlahnya,
kerugian yang diderita sebesar 6.4 Milyar dollar (sumber: CNET Asia, Wall
Street Journal). Padahal kita tahu Sony merupakan salah satu perusahaan paling
kreatif dimuka bumi.
Siapa yang gak kenal Sony,
perusahaan elektronik raksasa?
Jauh sebelum demam Ipod dari Apple,
Sony-lah yang mempopulerkan produk Walkman, dimana hanpir diseluruh dunia
tercipta demam mendengarkan musik melalui earphone. Sony juga yang menyebabkan
anak-anak hingga orang dewasa keranjingan main PlayStation.
Di Indonesia, maen PS (PlayStation)
sudah jadi satu hobi, bahkan menjadi peluang bisnis banyak orang, dengan
maraknya penyewaan2 PS di perkotaan bahkan hingga gang-gang di perkampungan
kumuh. Artinya secara “brand awareness” pastinya sudah sangat tinggi. Kalo mau
dinilai -andaikata bangkrut- pastilah nilai dari “brand value”nya saja sudah
gila-gilaan. Tapi pada kasus Kodak, brand value yang tinggi tetap tidak dapat
menyelamatkannya dari kebangkrutan.
Di pasar handphone, seperti di
Indonesia juga, duet brand Sony dengan Ericsson juga belum ampuh untuk
memenangkan persaingan. Pasar hanphone murah dikuasai merek-merek China,
sementara di pasar smartphone, I-Phone (Apple) dan Samsung lebih populer.
Ditahun-tahun teakhir focus
pengembangan produk di Camera Digital juga mendapat sambutan pasar yang
positif…bahkan mulai masuk ke pasar DSLR yang selama ini dikuasai Canon &
Nikon.
Namun segala inovasi tersebut
nyatanya tidak dapat membantu Sony lolos dari kerugian. Pasar TV yang selama
ini jadi andalan Sony terus merosot drastis. Pada Era flat TV, LCD, LED…Sony
terseok-seok dalam persaingan. Munculnya perusahaan2 inovatif Korea, bahkan
ditambah juga merk2 murah China, satu-satunya menyelamatkan diri dari
kebangkrutan dengan merubah haluan bisnis.
Tentu kisah Kodak menjadi pelajaran
berharga bagi banyak perusahaan elektonik raksasa. Kesulitan bisnis Blackberry
juga belum reda diperbincangkan. Seperti semua yang ada di dunia ini, nampaknya
tak ada yang abadi….hehe…jadi inget Ariel (sori jaka sembung nih..:P)
Tidak banyak pilihan bagi para top
executif di Sony. Gelagatnya Sony akan focus di produk-produk lain. Kita
nantikan saja inovasi dari Sony…karena persaingan pada akhirnya akan
menguntungkan konsumen…..iya nggak?
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/04/12/sony-bangkrut-pecat-10000-karyawannya/